Kamis, 24 Desember 2009

TUMOR OTAK

A. PENGERTIAN

Tumor Otak merupakan senuah lesi yang terletak pada intrakranal yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor – tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah masa yang berbentuk bola, tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk ke dalam jaringan. (Brunner & Suddarth,2002)
Tumor otak dapat terjadi pada area otak, baik pada jaringan otak maupun pada jaringan pendukungnya. (Tarwoto, 2007)
Tumor – tumor otak primer menunjukkan kira – kira 20% dari semua penyebab kematian kanker, di mana sekitar 20 & sampai 40 % dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat – tempatlain. Tumor – tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasannya dari paru – paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada decade kelima, ke enam dan ketujuh dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung system otak dan medulla spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak di atas penutup serebelum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya dapat menyebabkan kematian yang menggangu fungsi vital, seperti pernapasan atau adanya peningkatan TIK.
Klasifikasi Tumor Otak :

  1. Tumor yang muncul dari pembungkus otak (meningioma dura, terbubgkus dalam kapsul dapat dipastikan dengan baik, pertumbuhan keluar jaringan otak, menekan daripada menginvasi otak)
  2. Tumor yang berkembang di dalam dan di atas saraf cranial (neuroma akustik, diturunkan dari lapisan pembungkus saraf akustik)
  3. Tumor yang berasal di dalam jaringan otak (gliomas)
  4. Lesi metastatic yang berasal dari bagian tubuh lainnya, paling umum dari paru dan payudara
  5. Tumor kelenjar tanpa duktus (hipofisis, pinealis)
  6. Tumor pembuluh darah (Hemangioblastoma, angioma)

B. MANIFESTASI KLINIS

Tumor Otak menunjukkan manisfestasi klinis yang tersebar, bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala local sebagai akbat dari tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
Gejala

1. Peningkatan Tekanan Intrakranial
Gejala TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur – angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal, dan darah serebral.
Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena – vena intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal ( melalui peningkatan absorbsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intra seluler dan ekstraselular.

  • Nyeri kepala
    Nyeri kepala ini hilang timbul dan durasinya makin meningkat. Nyeri kepala terhebat pada pagi hari kemudian berangsur-angsur menurun dan menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau melakukan gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.
    Sakit kepala selalu digambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus. Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral, tumor kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara dua pelipis (bitemporal), tumor cerebellum menyebabkan sakit kepala pada daerah suboksipital bagian belakang kepala
  • Fertigo: pasien merasakan serangan pusing dan mau jatuh.
  • Mual dan muntah : muntah ini bersifat proyektil (menyemprot) tanpa didahului rasa mual dengan tipe yang kuat. Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan iritasi pada pusat vagal di medulla
  • Kejang epilepsy : biasanya pada tumor di otak besar
  • Perubahan mental : biasanya terjadi proses psikis seperti psikosis, letargi, penurunan kesadaran, disorientasi, perubahan kepribadian
  • Papiledema : adanya penekanan pada nerves optikus oleh tumor menyebabkan pasien mengalami gangguan penglihatan atau kelainan visus, diplopia (pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.

2. Gejala Terlokalisasi
Lokasi gejala – gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena, menyebabkan tanda – tanda yag ditunjukkan local, seperti pada ketidak normalam sensori dan motorik, perubahan penglihatan, dan kejang.
Karena fungsi – fungsi dari bagian yang berbeda dari otak yang tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.

  • Tumor Korteks Motorik
    Memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang jacksonian.
  • Tumor Lobus Oksipital
    Menimbulkan manisfestasi visual, hemianoksia, homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
  • Tumor Serebelum
    Menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot – otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama, tidak disengaja) biasannya menunjukkan gerakan horizontal.
  • Tumor Lobus Frontal
    Sering mengakibatkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri.
  • Tumor Sudut Serebelopontin
    Biasannya diawali pada sarung saraf akustik dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak
  • Tumor Intrakranial
    Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia
    Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain.
C. PATOFISIOLOGI

Tumor otak terjadi dari sel otak sendiri yang mempunyai deixiribonukleat Acid (DNA) abnormal. DNA yang abnormal tidak dapat mengontrol pembelahan sel sehingga terjadi pertumbuhan sel yang berlebihan. Adanya tumor pada otak berarti menambah massa otak, sementara ruang otak sangat terbatas dengan kemampuan ekspansi otak yang sangat terbatas pula. Keadaan inilah yang kemudian menimbulkan peningkatan tekanan intra cranial. Massa tumor akan mendesak bagian sekitarnya dan kemudian menekan bagian yang lain. Jika tekanan intracranial makin meninggi akan mengakibatkan herniasi otak. Keadaan herniasi ini dapat menekan fungsi-fungsi vital dari otak misalnya pusat pernafasan, kardiovaskuler sehingga dapat menimbulkan kematian.

D. KOMPLIKASI
  1. edema serebral
  2. peningkatan tekanan intracranial
  3. herniasi otak
  4. hidrosephalus
  5. kejang/epilepsy
  6. metastase ketempat lain
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  1. CT scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema serebral skunder juga dapat memberikan informasi tentang sistem ventrikuler.
  2. MRI, digunakan untuk mendeteksi jejas yang kecil juga membantu dalam mendeteksi tumor-tumor di dalam batang otak dan daerah hipofisis.
  3. Biopsi stereotaktik, digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
  4. Angiografi serebral, melihat adanya vskulasrsasi otak serta adanya defiasi pembuluh darah.
  5. Elektroensefalogram (EEG), dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
  6. Rontgen Torak, dapat mendeteksi lokasi primer tumor dan kemungkinan adanya metastase
  7. Sitologis, dilakukan pada CSF untuk nendeteksi sel-sel ganas.
F. PENATALAKSANAAN

  1. Pertahankan intake nutrisi yang adekuat
  2. Kemoterapi: dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur status neurologi, tipe tumor. Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi.
  3. Stereotaktik radiasi: dilakukan pada tumor yang pertumbuhannya lambat.
  4. Pembedahan
    a. Kraniotomi: dilakukan pada tumor yang berada di supratentorial
    b. Kraniektomi: dilakukan pada tumor yang berada di supratentorial
    c. Transphenoidal prosedur: pada tumor pituitary
    d. Shunting prosedur: dilakukan jika terjadi komplikasi seperti adanya hidrosepalus.
  5. Pengobatan
    a. Kortikosteroid, membantu mengurangi sakit kepala, perubahan kesadaran, menurunkan radang pusat metastase dan menurunkan edema (deksametason, prednisone)
    b. Anti kejang : delantin
    c. Analgetik : acetaminopen
G. DIAGNOSA
  1. Nyeri berhubungan dengan peningkatn tekanan intracranial, pembedahan tumor, edema serebri.
  2. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensorik serta penurunan kemampuan kognitif
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
  4. Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidak pastian, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup.
H. INTERVENSI
  1. Nyeri berhubungan dengan peningkatn tekanan intracranial, pembedahan tumor, edema serebri.
    Intervensi :
    - Kaji tingkat nyeri
    - Kaji TTV
    - Berikan posisi yang nyaman dengan meninggikan bagian kepala 15°-30°
    - Identifikasi aktifitas yang dapat meningkatkan TIK (batuk,mengejan,bersin)
    - Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur pasien
    - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik dan sadatif
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
    Intervensi :
    - Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi
    - Kaji TTV
    - Monitor intake nutrisi
    - Berikan makanan porsi kecil tetapi sering
    - Sajikan makanan dalam keadaan bersih dan hangat
    - Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
  3. Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidak pastian, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup.
    Intervensi :
    - Kaji tingkat kecemasan pasien
    - Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
    - Berikan pengobatan untuk mengurangi insietas sesuai dengan kebutuhan
    - Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediiakan lingkungan yang tenang
    - Dampingi pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
    - Beri dorongan orang tua untuk menemani anak sesuai dengan kebutuhan
  4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensorik serta penurunan kemampuan kognitif
    Intervensi :
    - Mengkaji kebutuhan pasien dan keluarga
    - Memberikan penyuluhan pada pasien sesuai dengan perkembangan penyakit
    - Memberikan penyuluhan keperawatan di rumah
    - Membantu pasien untuk memenuhi hygine pribadi



Daftar Pustaka

Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tarwoto, Ns, S.Kep. 2007. Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Sagung Seto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar